Sabtu, 06 November 2010

ATROPIN

ATROPIN 0,25 MG/ML INJEKSI


GOLONGAN : K

KANDUNGAN :
Atropine sulfat

DOSIS :
250-1000 µg secara subkutan.

KEMASAN :
Injeksi 0,25 mg/ml x 30 ampul @1 mL
SEDIAAN : ampul inj.im/iv/sk 0,25 mg/ml, 1 ml/amp

NAMA DAGANG
Chlorpromazine hydrochloride, cimetidine hydrochloride, dimenhydrinate, diphenhydramine hydrochloride, droperidol, fentanyl citrate, glycopyrrolate, hydroxyzine hydrochloride, hydroxyzine hydrochloride dengan meperidine hydrochloride, meperidine hydrochloride, meperidine hydrochloride dengan promethazine hydrochloride, morphine supfate,opium alkaloid hydrochloride, pentazocine lactate, pentobarbital sodium, prochlorperazineedisylate, promazine hydrochloride, promethazine hydrochloride, propiomazine hydrochloride atau scopolamine hydrobromide
-
MEKANISME KERJA
Menghambat aksi asetilkolin pada bagian parasimpatik otot halus, kelenjar sekresi dan SSP, meningkatkan output jantung, mengeringkan sekresi, mengantagonis histamin dan serotonin.-


DOSIS
• Premedikasi, injeksi intra vena 300 – 600 mcg , segera sebelum induksi anestesia, anak-anak 20 mcg/kg ( maksimal 600 mcg). Pemberian injeksi subcutan atau intramuscular 300 – 600 mcg 30 – 60 menit sebelum induksi; anak-anak 20 mcg/kg (maksimal 600 mcg).
• Intra-operative bradicardia , pemberian injeksi intravena, 300 – 600 mcg (dosis yang lebih besar pada kondisi emergensi); anak-anak (unlicensed indication) 1- 12 tahun 10 -20 mcg/kg
• Untuk mengendalikan efek muskarinik pada penggunaan neostigmin dalam melawan penghambatan neuromuskular kompetitif , pemberian injeksi intravena 0,6 – 1,2 mg ; anak-anak dibawah 12 tahun (tetapi jarang digunakan) 20 mcg/kg (maksimal 600 mcg) dengan neostigmin 50 mcg/kg.
• Pengobatan bradikardia, pulseless electrical activity (PEA) dalam serangan jantung. Dosis untuk bradiasystolic adalah 0,5-1 mg IV push setiap tiga sampai lima menit, sampai dosis maksimum 0,04 mg / kg. Untuk bradikardia gejala, dosis biasa adalah 0,5-1,0 mg IV push, dapat mengulang setiap 3 sampai 5 menit sampai dosis maksimum 3,0 mg
-
INDIKASI
•Meringankan gejala gangguan pada gastrointestinal yang ditandai dengan spasme otot polos (antispasmodic)
•Mydriasis dan cyclopedia pada mata
•Premedikasi untuk mengeringkan sekret bronchus dan saliva yang bertambah pada intubasi dan anestesia inhalasi
•Mengembalikan bradikardi yang berlebihan
•Bersama dengan neostigmin untuk mengembalikan penghambatan non-depolarising neuromuscular
•Antidotum untuk keracunan organophosphor
•Resusitas Kardio-Pumober (Cardiopulmonary resuscitation).
-
KONTRAINDIKASI
Antimuscarinic kontraindikasi pada angle-closure glaucoma (glaukoma sudut sempit), myasthenia gravis ( tetapi dapat digunakan untuk menurunkan efek samping muskarinik dari antikolinesterase), paralytic ileus, pyloric stenosis, pembesaran prostat

EFEK SAMPING
Efek samping antimuskarinik termasuk kontipasi, transient (sementara) bradycardia (diikuti dengan takikardi, palpitasi, dan aritmia), penurunan sekret bronkial, retensi urin, dilatasi pupil dengan kehilangan akomodasi , fotophobia, mulut kering; kulit kering dan kemerahan. Efek samping yang terjadi kadang-kadang : kebingungan (biasanya pada usia lanjut) , mual, muntah dan pusing.


INTERAKSI OBAT
•Meningkatkan efek/toksisitas : Antihistamin, fenotiazin, TCAs dan obat lain dengan aktivitas antikolinergik dapat meningkatkan efek antikolinergik dari atropin jika digunakan secara bersamaan.
•Amine sympathomimetic dapat menyebabkan tachyrrhytmias; hindari penggunaan secara bersamaan.
•Menurunkan efek: Efek antagonis terjadi dengan obat phenothiazine.Efek levodopa dapat diturunkan(data klinik tervalidasi terbatas).
•Obat-obat dengan mekanisme cholinergic (metochlopramide, cisapride, bethanecol) menurunkan efek antikolinergik atropin.
PERHATIAN :
Beresiko menyebabkan panas tinggi, gunakan dengan hati-hati pada pasien terutama anak-anak, saat temperatur sekitarnya tinggi.
Usia lanjut dan pada kondisi pasien dengan penyakit sumbatan paru kronis yang terkarakterisa oleh takhikardia.
Interaksi obat :
- aktifitas antikolinergik bisa meningkat oleh parasimpatolitikum lain.
- Guanetidin, histamin, dan Reserpin dapat mengantagonis efek penghambatan antikolinergik pada sekresi asam lambung.
- antasida bisa mengganggu penyerapan Atropin.



INDEKS KEAMANAN PADA WANITA HAMIL :
Penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin ( teratogenik atau embriosidal atau lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali pada wanita atau penelitian pada wanita dan hewan belum tersedia. Obat seharusnya diberikan bila hanya keuntungan potensial memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin.

HAL-HAL YANG PERLU DIKETAHUI DALAM PEMBERIAN OBAT

Peran dan Tanggung jawab perawat sehubungan dengan pemberian obat:
• Perawat harus mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang memadai mengenai obat.
• Mendukung keefektivitasan obat.
• Mengobservasi efek samping dan alergi obat
• Menyimpan, menyiapkan dan administrasi obat
• Melakukan pendidikan kesehatan tentang obat
• Perawatan, pemeliharaan dan pemberian banyak obat-obatan merupakan tanggung jawab besar bagi perawat.
 Kesalahan dapat terjadi pada instruksi, pembagian, penamaan dan pengintrepretasian instruksi sesuai dengan penatalaksanaan obat.
 Di RS : meskipun bagian farmasi yang bertanggung jawab untuk penyimpanan, penamaan dan distribusi obat ke ruangan merupakan tanggung jawab perawat
• Obat harus tidak diberikan perawat tanpa membawa resep tertulis kecuali pada saat kegawatan
 Tanggung jawab ini hanya bisa dilimpahkan dengan persetujuan dari petugas yang memiliki wewenang.
Peran perawat dilihat dari batas kewenangannya sbb:
1. Peran independen: merupakan peran dimana perawat secara legal dapat melakukan tindakan secara mandiri
2. Peran dependen: Perawat tergantung kepada profesi lain
3. Peran Interdependen: (kolaborasi) peran dimana perawat melakukan tindakan terhadap masalah kesehatan yang memerlukan penanganan bersama.
Pengetahuan Farmakologi yang harus dimiliki perawat :
• Dosis
• Mekanisme Kerja Obat
• Mekanisme tubuh
• Efek Obat
• Efek Samping Obat
• Cara Pemberian obat
• Interaksi obat dengan bahan lain
• Makna pemberian obat
• Perilaku dan persepsi pasien dalam menerima terapi obat
Efek Obat :
• Efek terapeutik
efek yang dinginkan, efek utama
ex: morfin sulfat adalah analgetik,
diazepam mnghilangkan kcemasan
• Efek samping
efek yang tidak diinginkan, biasanya dapat diprediksi
ex: digitalis meningkatkan kekuatan kontraksi miokard tapi efek sampingnya mual muntah
• Toksisitas obat
efek yang merusak terhadap organisme aatau jaringan sebagai akibat overdosis
ex:depresi pernafasan akibat penumpukan morfin sulfat dalam tubuh.
• Alergi obat
Reaksi immunologi terhadap suatu obat.dapat ringan atau berat. Bervariasi mulai dari ruam kulit sampai diare berat yaitu syok anapilaktif
PEMBERIAN OBAT
Prinsip 5 Benar :
1. Benar order (dosisnya)
2. Benar obat
3. Benar pasien
4. Benar cara pemberian
5. Benar waktu pemberian
6. Benar pendokumentasiannya.
Pada dasarnya ada empat jenis order pengobatan:
1. Staat order (perintah segera), mendadak, cyto hanya berlaku satu kali
2. Single order (perintah tunggal), Satu kali pemberian pada saat tertentu, namun tidak segera diberikan. SA (Sulfa atropin) untuk persiapan operasi
3. Standing order (perintah tetap) jangka waktu tertentu, misalnya gentamicin 500 mg selama 7 hari pada pasien post op.
4. perintah kalau perlu diberikan jika dperlukan saja, ex: asam mefenamat untuk nyeri.
Daya kerja obat secara fisiologis#
Faktor fisiologis yang mempengaruhi reaksi obat:
1. Absorpsi obat
Obat bergerak dari sumber ke dalam aliran darah, kecuali topical drugs
Faktor yang mempengaruh : Cara pemberian, jenis obat, makanan,keadaan pasien.
2. Pergerakan obat dalam tubuh.
Absorpsi darah dan di dalam limfatik, ke luar melalui sel, masuk ke jaringan
Faktor yang mempengaruhi sirkulasi cairan tubuh:
 Keseimbangan cairan dan elektrolit
 Cardiac patologik
3. Metabolisme obat
Sirkulasi obat jaringan berinteraksi dengan sel perubahan zat kimia menjadi lebih efektif bereaksi diekskresi hati darah mucosa usus, dan ginjal

4. Ekskresi obat
Obat setelah bereaksi keluar melalui
 Ginjal urine
 Intestinal Faeces
 Paru-paru udara
Yang mempengaruhi reaksi obat:
• Usia dan BB
• Jenis kelamin
• Faktor psikologis
• Kondisi sakit kronik
• Waktu dan cara pemberian
• Lingkungan